Hebatnya manusia dibanding binatang adalah kita dibekali akal untuk bertahan hidup dalam situasi apapun. Tanpa akal, tidak ada bedanya antara manusia dan binatang. Maka dari itu, tidak ada alasan ketika menemui masalah, kita tidak bisa menemukan solusinya. Insya Allah semua pasti ada jalan keluar. Asalkan ada kemauan, badai pasti berlalu.

Menyikapi sulitnya hidup di ibukota misalnya, mungkin ada baiknya kita melirik Walang bin Kilon (54), seorang bos pengemis di bilangan Pancoran, Jakarta Selatan, yang mampu meraup uang hasil meminta-minta sebesar Rp 25 juta dalam kurun waktu 15 hari saja. Meski profesinya kurang terpuji, namun spirit untuk bertahan hidupnya patut diapresiasi.
Ketika para buruh sibuk berdemo untuk memperbaiki nasib, Walang cs tidak terdengar suaranya. Mereka terus KERJA, KERJA, KERJA!. Padahal menurut saya, golongan pengemislah yang seharusnya paling banter protes kepada pemerintah daerah agar mereka didengar, agar mereka diterima, agar mereka tidak melulu bergantung hidup dari mengiba-iba.
Namun inilah potret kondisi hidup sesungguhnya. Banyak hal yang serba terbalik. Ada yang terlihat layaknya ulama, namun sesungguhnya mereka adalah ‘ular berbisa’. Ada yang terlihat layaknya motivator, namun nyatanya mereka adalah koruptor.
Namun ada pula yang terlihat layaknya pengemis, namun nyatanya mereka adalah pebisnis. Salah satunya adalah ‘Haji’ Walang ini. Dilihat dari luar, siapa yang menyangka bahwa ia memiliki kekayaan berlimpah ruah di kampung halamannya, Subang Jawa Barat. Bahkan konon ia juga memiliki usaha ternak. Luar biasa.
Ternyata tidak hanya pengusaha papan atas saja yang mampu melihat celah bisnis. Bahkan seorang bandar pengemis pun mampu melihat celah bisnis, yang hasilnya bahkan bisa menandingi penghasilan seorang manajer di perusahaan besar.
Bagaimana dengan kita?
Well… hadapilah segala kondisi hidup ini dengan senyuman. Jangan sampai kita kalah oleh Walang yang mampu bertahan hidup dalam kerasnya roda zaman. Ya, hidup kadang menipu, kawan.//**