Nasehat ‘Iedul-Adha (Takbir). Hadirin jamaah sholat Iedul-Adha yang berbahagia. Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Tuhan alam semesta, yang telah memberi hidayah iman dan Islam kepada kita semua sehingga kita semua bisa hadir di tempat ini dalam keadaan sehat sejahtera. Maka takbir, tahmid dan tahlil kita kumandangkan sebagai ungkapan rasa syukur kita sebagaimana Allah firmankan dalam surah al-Haji ayat 37: لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ (Litukabbirullooh ‘alaa maa hadaakum, wabasy-syiril-muhsiniin). Agar kalian bertakbir mengagungkan nama Allah atas ni’mat hidayah yang telah Dia berikan pada kalian. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang selalu berbuat baik. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad dan keluarganya, para sahabatnya dan sekalian pengikutnya sampai di akhir jaman. Mudah-mudahan kita semua termasuk orang yang mendapatkan syafaat dari beliau di alam akhirat kelak. Aamien. (Takbir). Hadirin jamaah sholat ‘iedul-Adha yang berbahagia. Pada hari ini, setelah kita selesai sholat ‘ied dan khutbah ini, insya Allah kita akan menyembelih qurban, sebagaimana diriwayatkan oleh shahabat Al-Baro bin ‘Aazib dalam Shahih Muslim bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Yang terlebih dahulu kita kerjakan pada hari ini adalah shalat ‘ied, kemudian kita akan pulang untuk menyembelih qurban. Barang siapa yang mengerjakan seperti itu berarti mencocoki sunnahku”. Sedangkan dalam Shahih Al-Bukhari diriwayatkan tentang Rasulullah s.a.w. yang menyabdakan bahwa barangsiapa yang menyembelih qurban sebelum sholat ‘ied maka qurbannya tidak sah dan dianggap sebagai sembelihan biasa. Lebih jauh tentang qurban Allah berfirman: لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُـحـُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ “Tidak akan sampai kepada Allah daging hewan qurban, tidak pula darahnya. Tetapi yang sampai kepada Allah adalah ketaqwaan kalian”. (Surah al-Hajji ayat 37). Sedangkan dalam surah al-Maidah ayat 27 difirmankan: إِنَّـمـَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ (innamaa yataqobbalullohu minal-muttaqien). Sesungguhnya Allah hanya menerima qurban dari orang-orang yang bertaqwa. Maka marilah kita laksanakan qurban kita dengan dilandasi ketaqwaan, kita niatkan qurban kita semata-mata lillahi ta’ala, bukan untuk sekedar agar bisa pesta daging dan sebagainya. Dalam rangka ketaqwaan ini maka sebanyak mungkin bagian dari daging qurban kita, kita shadaqahkan terutama untuk kaum fakir miskin dan dhuafa, sebagaimana firman Allah: فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ (fakuluu minhaa wa ath’imul-qooni’a wal-mu’tarr), surah al-Hajji ayat 36. Maka makanlah sebagian dari daging qurban kalian dan berikanlah kepada orang lain baik yang minta maupun yang tidak minta. Lebih jelas Rasulullah s.a.w. menyabdakan: ادَّخِرُوا الثُّلُثَ، وَتَصَدَّقُوا بِمَا بَقِيَ (iddakhiruts-tsuluts wa tashoddaquu bimaa baqiya), simpanlah (maksimal) sepertiganya, dan shadaqahkanlah sisanya yang dua pertiga. (Hadits riwayat Abu Dawud dari Aisyah). Dalam rangka ketaqwaan juga maka kita pilih hewan kurban yang memenuhi syarat yaitu: a) Hewan yang sehat, tidak sedang dalam kondisi sakit. b) Hewan yang sempurna, artinya tidak cacat; matanya tidak buta sebelah, apalagi dua-duanya; kakinya tidak pincang sehingga jalannya tidak normal; kuping dan tanduknya tidak patah atau sobek melebihi separonya. c) Hewan yang sudah cukup umur. Kalau unta sudah melebihi umur 5 tahun, kalau sapi sudah lebih dari dua tahun, kalau kambing sudah berumur lebih dari satu tahun. Sunnahnya menyembelih sapi atau kambing, dibaringkan pada lambungnya yang sebelah kiri, dihadapkan ke kiblat dan dibacakan “Bismillah walloohu akbar, haadzaa ‘an fulan, qurban ini dari si anu, dst. Sedangkan waktu penyembelihan qurban adalah sejak selesainya sholat ‘ied ini sampai dua hari mendatang, sebagaimana diterangkan dalam kitab Muaththo’ Imam Malik hadis mauquf dari Abdullah bin Umar maupun dari Ali bin Abi Thalib. الْأَضْحَى يَوْمَانِ، بَعْدَ يَوْمِ الْأَضْحَى Waktu penyembelihan qurban adalah sampai dua hari sesudah iedul-adha. (Takbir). Hadirin jamaah sholat ‘iedul-Adha yang berbahagia. Beberapa hadits menerangkan tentang agungnya pahala qurban, diantaranya : a) Ibnu Majah meriwayatkan dari Zaid bin Arqom bahwa Rasulullah s.a.w. menyabdakan bahwa untuk setiap bulu dari hewan qurban akan menghasilkan satu kebaikan atau pahala, meskipun bulu-bulu halus. b) At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. menyabdakan bahwa kelak di akhirat pahala qurban akan didatangkan dengan tanduk-tanduknya, dengan bulu-bulunya, dengan teracak atau kuku-kuku kakinya. Pahala qurban akan tertulis di sisi Allah sebelum darah hewan qurban itu mencapai tanah. c) Abu Dawud meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda bahwa qurban termasuk amalan utama yang pahalanya hanya bisa ditandingi oleh orang yang mengeluarkan diri dan hartanya untuk sabilillah tanpa ada yang kembali. Maka sudah semestinya kalau kita merasa senang manakala bisa berqurban sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Jangan hanya qurban perasaan doang. Hadirin jamaah sholat ‘iedul-Adha yang berbahagia. Sejenak mari kita renungkan bagaimana ketika Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah untuk mengurbankan anak satu-satunya ketika itu yaitu Ismail. Anak yang sudah lama didambakan kehadirannya, anak yang sedang lucu-lucunya, anak tempat tumpahan rasa kasih sayang ibu dan bapaknya, kok diminta oleh Allah untuk diqurbankan. Tentu berkecamuk perang batin dalam hati Ibrahim antara memenuhi permintaan Allah atau mengikuti kemauan egonya. Ibrahim bulat hatinya untuk mentaati perintah Allah, tapi bagaimana pendapat si anak sebagai calon korban ? Maka Ibrahim pun bertanya kepada anaknya: “Aku disuruh Allah untuk mengorbankan dan menyembelih engkau, anakku. Bagaimana pendapatmu ?”. Sungguh menakjubkan bahwa jawaban si anak adalah : “Ayah, kalau memang itu perintah Allah, kerjakan saja. Insya Allah saya akan tabah menghadapinya”. SubhaanAllah, begitulah reaksi seorang anak yang shalih sebagai hasil didikan dari orangtua yang shalih. Bapak-bapak, mari jadikan diri kita sebagai bapak dan suami yang shalih; Ibu-ibu, jadikanlah diri anda sebagai ibu dan isteri yang shalihat; agar anak-anak kita bisa mencontoh dan meneladani orangtuanya untuk menjadi anak-anak yang shalih dan shalihat, anak-anak yang berilmu dan faqih, anak-anak yang memiliki keterampilan sehingga bisa hidup mandiri di masa dewasanya kelak, anak-anak yang sehat rohani dan jasmaninya, anak-anak yang bisa menjadi sumber kebahagiaan bagi orang tuanya. Hadirin, kesempatan berqurban dengan menyembelih hewan hanya terjadi setahun sekali yaitu ketika ‘iedul-adha, namun semangat berqurban harus kita miliki setiap hari sepanjang tahun. Pada hakekatnya qurban adalah tekad kita untuk mau keluar dari zona nyaman dalam rangka mendekat kepada Allah. Semakin berat perang batin yang kita alami, semakin tinggi nilai semangat qurbannya. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ. (رواه ابن ماجه) Shalatlah kalian di waktu malam, di saat kebanyakan manusia sedang nyenyak-nyenyaknya tidur, maka kalian akan masuk surga dengan selamat sejahtera. Mengapa shalat tahajud menjadi shalat sunnah yang paling utama? Karena kita harus mau keluar dari zona nyaman, yaitu saat nyenyak-nyenyaknya tidur di sepertiga malam yang akhir, kita tinggalkan kelembutan alas tidur dan kehangatan selimut, untuk mendekat kepada Allah dengan shalat dan bermunajat. Itu bisa terlaksana kalau kita memiliki semangat qurban setiap hari sepanjang tahun. Tanpa memiliki semangat qurban, alarm yang sudah disetel kemudian berbunyi pun hanya kemudian kita pijit untuk dimatikan bunyinya. Atau, malah sudah sampai di kamar mandi untuk buang air kecil pun, tidak dilanjutkan dengan wudhu, akhirnya ya tidur lagi. Padahal ketika itu Allah sedang mengumumkan: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ، مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ Siapa yang berdoa pada-Ku saat ini, akan Aku kabulkan. Siapa yang minta pada-Ku saat ini, akan Aku beri. Siapa yang minta ampun pada-Ku saat ini, akan Aku ampuni. (Hadis riwayat al-Bukhari). Hadirin jamaah sholat ‘iedul-Adha yang berbahagia. ‘Iedul-Adha hari ini bertepatan dengan hari Jumat. Peristiwa semacam ini pernah terjadi di jaman Rasulullah SAW. Dan beliau menyabdakan: قَدِ اجْتَمَعَ فِي يَوْمِكُمْ هَذَا عِيدَانِ، فَمَنْ شَاءَ أَجْزَأَهُ مِنَ الْجُمُعَةِ، وَإِنَّا مُجَمِّعُونَ Pada hari ini bergabung dua hari raya. Barangsiapa yang menghendaki untuk tidak jumatan maka hadir di shalat ‘ied pagi ini sudah mencukupi baginya. Namun kami (Nabi Muhammad dan beberapa sahabatnya) akan tetap mengadakan jumatan. (Hadis riwayat Abu Dawud). Berarti ada rukhsah atau kemurahan bagi orang-orang yang pada siang nanti ada kesibukan, untuk tidak jumatan, namun tetap berkewajiban untuk shalat zuhur. Adapun masjid-masjid yang sudah biasa menyelenggarakan jumatan agar tetap menyelenggarakannya. Hadirin jamaah sholat ‘iedul-Adha yang berbahagia. Marilah kita doakan saudara-saudara kita yang sedang menjalankan ibadah haji agar diberikan kelancaran, kesehatan, keselamatan dan mendapatkan hajjan mabruro, wa sa’yan masykuuro, wa dzanban maghfuuro, wa tijaarotan lan tabuuro. Dan mudah-mudahan kita dilimpahi rizqi untuk bisa menyusulnya ke tanah suci di tahun-tahun mendatang. Aamien. Ya Allah, jadikanlah anak-anak kami sebagai anak-anak yang shalih, menjadi penghapal Quran dan Sunnah, menjadi orang yang alim dan fakih, menjadi orang yang berakhlak mulia dan mandiri di masa depannya. Cintakanlah mereka pada keimanan, dan hiaskanlah keimanan dalam hati mereka. Bencikanlah mereka pada kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan. Dan jadikanlah mereka termasuk orang-orang yang mendapat kebenaran. Robbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah, wa fil-aakhiroti hasanah, wa qinaa ‘adzaaban-naar. Wa shollalloohu ‘alaa Muhammad, wa ‘alaa aali Muhammad. Wal-hamdu lillaahi robbil-‘aalamien. Wassalaamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakaatuh.